Hijau Hitam yang dituakan. Harga diri memperjuangkan Indonesia.
Seakam tak berjasa. Beberapa organisasi mencoba menentang. 69 Tahun yang lalu Lafran
Pane mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI)
atau kini dikenal dengan UII- Universitas Islam Indonesia. Pada salah
satu ruangan kuliah STI di jalan Setiodiningratan 30 (sekarang Jl. Panembahan
Senopati) Masuklah Lafran Pane membawa kata hari ini Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) telah terbentuk, siapapun yang sepakat dengan pergerakan inilah yang
diajak untuk bersama-sama membangun dan membentuk organisasi ini.
“Yang mau HMI sajalah yang mau di ajak mendirikan HMI, dan yang
menentang biarlah dia menentang toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri
dan berjalan" (Lafran
Pane).
Di usianya yang baru genap 25 tahun ia bersama beberapa temannya
sudah siap mengambil segala resiko untuk Himpunan ini. Melihat dan menyadari Umat
beragama islam pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran agamanya saat
itu. Kelahiran HMI menanggung harapan untuk perubahan yang lebih baik.
Selama 69 Tahun eksistensi dan kontribusi HMI terhadap bangsa ini
tidaklah sedikit. Mempertahankan kemerdekaan Indonesia secara utuh, membangkitkan
kembali nilai-nilai keislaman ,serta
Aktif dalam aksi demonstrasi memperjuangkan nasib rakyat.
Dimasa terjadinya gerakan PKI, HMI telah dianggap sebagai musuh
terbesar nya PKI. DN Aidit pernah menyuarakan “jika PKI tidak mampu
membubarkan HMI, maka lebih baik pakai sarung saja”. Dalam kasus ini
lagi-lagi HMI menjadi organisasi yang sangat diperhitungkan. Dengan Rahmat
Tuhan malah PKI lah yang bubar dan HMI masi utuh hingga memiliki umur yang ke-
69 Tahun sekarang ini.
Pasca Orde Baru, HMI menjadi bagian dalam proses pengawalan
jalannya Reformasi. Sebagai Organisasi Islam tertua, HMI tekah menunjukkan
taringnya di hadapan bangsa. Namun pasca Reformasi pisau tajam analysis HMI
semakin tumpul, Sehingga pada saat itu HMI jarang sekali memperhatikan kondisi
sosial-sosial yang telah timpang. Bahkan Demonstrasi-pun hampir tidak pernah. Hal
ini bisa saja terjadi, antara lain semakin banyaknya organisasi-organisasi
islam yang muncul. Jika dibandingkan dengan HMI beberapa organisasi ini
(Organisasi Islam selain HMI) telah menguatkan Islam itu sangat dalam.
Serpihan-serpihan pemikiran yang dahulu pernah dilontarkan oleh
senior-senior HMI tidak mampu dilanjutkan oleh HMI secara institusional. HMI
seakan kehilangan akar genealogisnya. Pemikiran senior-senior itu sekarang malah
banyak dielaborasi pada komunitas lain, seperti Komunitas Islam Utan Kayu
dengan bendera Jaringan Islam Liberal (JIL) yang dengan sangat intens
melanjutkan gagasan-gagasan senior HMI tersebut. Walaupun beberapa gerakan itu
di gerakkan oleh sebagian kader HMI, Namun itu sama sekali bukanlah HMI.
HMI Dimasa Kekinian
HMI yang seharusnya di yakini bergerak memperjuangkan Hak Rakyat
dengan memaksimalkan derajat Rakyat Indonesia. apakah saat ini HMI masi
terlihat seperti itu?. Banyak hal-hal yang memang sudah tidak lagi sesuai
dengan HMI terdahulu. Saat ini walaupun Indonesia sudah merdeka, seharusnya
dengan pisau analysis kader HMI mampu melihat apakah Rakyat sudah seutuhnaya
merdeka. Sungguh disayangkan jika kader HMI kekinian hanya berpaku pada proses
politik praktis dan hampir tidak ada yang menentang kebijakan-kebijakan
pemerintah yang jika sama sekali tidak Demokratis.
Kita tidak perlu melihat terlalu jauh, di sekeliling kita ada
beberapa kader yang bahkan tidak bisa menjawab apa itu yang namanya Legislatif,
Eksekutif dan Yudikatif. Bagaimana HMI memperjuangkan kesejahteraan Rakyat,
jika pengetahuan tentang pemerintahan nya saja masih kurang.
menurut Pimpinan Kolektif Majelis Nasional KAHMI 2012-2017 Taufiq
Hidayat “untuk kondisi akan datang, HMI harus lebih konsern menata
pengkaderannya. Pengkaderan yang dipunyai sejauh ini sudah memberikan hasil
positif di tengah masyarakat, tapi untuk tantangan jauh ke depan, mulai harus
dipikirkan perubahan-perubahannya.
Kembali pada bagaimana mengintensifkan intelektualitas kader HMI,
bagaimana menguatkan network kader HMI, itu penting untuk dijaga”
Banyak yang sudah khawatir, bagaimana akan jadinya masa depan HMI
nanti. Apakah HMI masih bisa menjadi pelopor kesejahteraan Rakyat, ataukah HMI malah
dianggap sebatas Organisasi Islam tertua di Indonesia.
HMI Dalam Konteks Ke-Indonesia-an
dan Ke-Islam-an
Komitmen atau motivasi dasar kelahiran HMI adalah Mempertahankan
NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta menegakkan dan
mengembangkan ajaran Islam.
Berbicara masalah ke- indonesia-an, HMI sudah tidak diragukan lagi
sebagai pengawal proses kemerdekaan Indonesia. Dalam karirnya seperti
penjelasan di atas baik masa orde lama dan orde baru, HMI telah dikenal sebagai
organisasi yang mainstream dalam perjuangan. Hingga sekarang Indonesia masi
didominasi Kader HMI mulai dari Instansi pemerintahan, yang menjalankan Roda
Birokrasi hingga masyarakat sipil. Ini menjadi bukti HMI masi dipercaya untuk
menjalankan roda kepemerintahan Indonesia. walaupun HMI belum ada yang
menduduki kursi Presiden, namun Jusuf Kalla telah membuktikan dua kali menjadi
wakil presiden adalah kepercayaan masyarakat bahwa HMI mampu mendampingi
Presiden untuk membawa kesejahteraan pada Rakyat Indonesia.
Berbicara Masalah Ke-Islaman tidak membalikkan sejarah, Lafran Pane
sendiri mendirikan HMI dikarnakan tidak pahamnya Rakyat Indonesia tentang –
tentang keislaman secara baik. Lafran Pane berpandangan, Islam tidak hanya berbicara
ritualisme ibadah semata. Islam merupakan semangat cara pandang dan hidup.
Semangat inilah yang Lafran Pane coba perjuangkan bersama teman-teman
seperjuangannya. Spirit Islam ini juga yang dijadikan dasar HMI dalam
menjalankan perannya sebagai organisasi perjuangan/perrgerakan.
Indetitas Islam tidak hanya berada pada label HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) semata. Akan tetapi kader HMI di tuntut bergerak dan
berjuang dengan membawa nafas Islam dalam segala hal.
Sebagai penutup HMI adalah organisasi Islam di Indonesia tentunya.
Kader HMI sebagai perwakilan Mahasiswa Indonesia harus memiliki inti kekuatan
pembaharuan dan bisa memaksimalkan Mahasiswa Sebagai Agent of Change. Bergerak
untuk Rakyat, Berjuang untuk Bangsa dengan membawa ruh keislaman. Mampu
mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia serta menegakkan
dan mengembangkan Ajaran Islam.
Yakin, Usaha, Sampai
Oleh : Reffhi Bahrizal
Ketua Umum HMI Komisariat Tarbiyah STAIN Malikussaleh (2016-2017)
0 komentar:
Posting Komentar